1. Letak Geografis Indonesia
Letak geografis suatu wilayah adalah keberadaan posisi wilayah tersebut sesuai dengan bentuk dan letaknya di bumi. Untuk melihat letak wilayah Indonesia secara geografis, dapat dilihat pada peta dunia sebagai berikut.
LETAK GEOGRAFIS DAN ASTRONOMIS INDONESIA 1
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahasa dilihat secara geografis, wilayah Indonesia terletak pada posisi yang strategis dan menguntungkan karena beberapa alasan sebagai berikut:
a) Letak Indonesia di antara Benua Asia dan Benua Australia.
b) Letak Indonesia di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Beberapa keuntungan yang diperoleh berdasarkan letak geografis Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a) Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara maupun laut.
b) Indonesia sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia, antara perdagangan negara-negara industri dan negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya antara Jepang, Korea, dan RRC dengan negara-negara di Asia, Afrika, dan Eropa.
Karena letak geografisnya pula Indonesia mendapat pengaruh berbagai kebudayaan dan peradaban dunia, serta secara alami dipengaruhi oleh angin musim. Sekitar bulan Oktober-April angin bertiup dari Asia ke Australia yang membawa banyak uap air dari Samudra Pasifik sehingga menimbulkan musim hujan. Sekitar bulan April-Oktober angin bertiup dari Australia ke Asia yang sedikit membawa uap air dari Samudra Hindia sehingga menimbulkan musim kemarau.
Pengaruh musim tersebut di atas menyebabkan Indonesia menjadi negara agraris terkemuka. Pertanian di Indonesia maju pesat dan banyak menghasilkan beras, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, karet, kopi, gula, tembakau, dan lain-lain yang sangat berguna bagi kemakmuran dan keberlangsungan penduduk Indonesia, secara ekonomi pun menjadi peluang untuk berperan serta dalam perdagangan internasional. Letak geografis Indonesia mempunyai pengaruh terhadap aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek budaya.
a. Pengaruh aspek ekonomi
Sebagai bangsa yang hidup di wilayah persimpangan kegiatan perekonomian dunia, Indonesia tentu akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Keikutsertaannya akan memberi dampak yang positif bagi negara dalam rangka meningkatkan prokdutivitas ekonomi dan menambah sumber-sumber pembiayaan bagi pembangunan nasional.
b. Pengaruh sosial
Letak Indonesia berpengaruh juga terhadap bidang sosial. Letaknya yang strategis memudahkan bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa-bangsa lain sehingga proses interaksi sosial lebih dinamis.
c. Pengaruh kebudayaan
Wilayah Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang dipisahkan oleh selat dan laut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kondisi tersebut melahirkan keanekaragaman bahasa, suku, agama, dan kebudayaan. Keragaman tersebut menjadi kekhasan dan daya tarik tersendiri bagi pihak-pihak luar serta memperkaya kebudayaan nasional.
2. Letak Astronomis Indonesia
Letak astronomis adalah letak suatu wilayah dipandang dari kedudukan garis lintang dan garis bujur. Letak wilayah Indonesia dari segi astronomis adalah di antara 6ºLU- 11ºLS dan antara 95º BT- 141ºBT. Berdasarkan letak tersebut, Indonesia memiliki iklim tropis. Dengan posisi wilayah Indonesia berada di antara garis lintang dan garis bujur, maka wilayah Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa. Garis khatulistiwa adalah garis khayal keliling bumi, terletak melintang pada nol derajat yang membagi bumi menjadi dua belahan yang sama, yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan. Beberapa tempat atau wilayah Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa antara lain Bonjol (Sumatra Barat), Pontianak (Kalimantan Barat), Tambu (Sulawesi Tengah), dan Halmahera (Maluku). Letak astronomis wilayah Indonesia sangat berpengaruh terhadap keadaan iklim yang sangat menguntungkan, seperti cukup mendapat air hujan, cukup memperoleh cahaya matahari sepanjang tahun, dan angin yang bertiup rata-rata berkecepatan sedang. Suhu udara pun tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Suhu udara rata-rata di Indonesia sebesar 26ºC menyebabkan beberapa hal berikut ini:
a. Terjadinya hujan zenithal, yaitu hujan yang disebabkan oleh naiknya udara yang mengandung uap air ke angkasa secara tegak. Selanjutnya, mengalami kondensasi karena pendinginan temperatur akhirnya turun menjadi hujan. Naiknya udara tersebut karena adanya pemanasan di atas permukaan bumi sehingga udara membumbung ke atas.
b. Batu-batuan lebih cepat melapuk.
c. Adanya berbagai macam tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tropis.
d. Adanya sikap tertentu dari penduduk untuk menghadapi suhu udara tropis seperti tecermin pada perumahan, pakaian, dan mata pencaharian.
Jumat, 04 Februari 2011
Senin, 31 Januari 2011
Iklim, Cuaca dan Perubahannya
Iklim dan Cuaca
Cuaca adalah suatu gejala alam yang terjadi dan berubah dalam waktu singkat, yang kita rasakan dari menit ke menit, jam ke jam. Contoh: perubahan harian dalam temperatur, kelembaban, angin, dll. Sedangkan Iklim adalah rata-rata peristiwa cuaca di suatu daerah tertentu, termasuk perubahan ekstrem musiman dan variasinya dalam waktu yang relatif lama, baik secara lokal, regional atau meliputi seluruh bumi kita.
Iklim dipengaruhi perubahan-perubahan yang cukup lama dari aspek-aspek seperti orbit bumi, perubahan samudra, atau keluaran energi dari matahari. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang alami dan terjadi secara pelan. Contoh: musim (dingin, panas, semi, gugur, hujan dan kemarau) dan gejala alam khusus (seperti tornado dan banjir).
Sebagai negara yang secara geografis berada di sekitar ekuator, Iklim di Indonesia adalah tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai Februari, sedangakan musim kemarau terjadi pada bulan Maret-September.
Perubahan Cuaca dan Iklim
KONDISI cuaca dan iklim di muka bumi saat ini terlihat makin bervariasi dan menyimpang. Khusus untuk kawasan Indonesia, telah tampak sejak tahun 1991.
Contohnya, sebelumnya ada prediksi bakal hadirnya kegiatan gejala alam El Nino dari beberapa praktisi termasuk pula Badan Meteorologi dan Geofisika di awal tahun hingga kuartal pertama tahun 2001. Kenyataannya kondisi hadirnya El Nino ini sirna karena hingga awal Juni 2001 hujan masih mengguyur di berbagai kawasan Indonesia.
Beberapa kalangan yang menyebutkan munculnya kegiatan gejala alam El Nino pada tahun 2001 ataupun tahun 2002 umumnya mengacu pada kejadian beberapa dasawarsa sebelumnya. Sejak tahun 1961, 1972, 1982, dan 1991 telah muncul kondisi kemarau yang umumnya merupakan dampak kegiatan gejala alam El Nino. Bahkan dari kalangan internasional telah muncul prediksi pada awal tahun 2001 yaitu akan muncul kegiatan gejala alam El Nino tahun 2001 yang akan berdampak besar berupa kekeringan dan kebakaran di kawasan Papua Niugini di timur wilayah Indonesia.
Munculnya cuaca dan iklim di Bumi merupakan ekspresi pemerataan energi yang diterima Bumi secara tidak merata. Wilayah tropis di sekitar ekuator sepanjang tahun menerima energi radiasi sang surya yang berarti surplus energi, sementara di lain pihak wilayah subtropis dan kutub hanya menerima sedikit energi dan berlangsung relatif singkat dan bergantian akibat garis edar revolusi Bumi mengitari Matahari.
Sebagai reaksi adanya beda dalam penerimaan energi ini dalam satu sistem muka bumi, terjadi usaha pemerataan melalui proses fisika dan kimiawi sedemikian sehingga terjadi peredaran udara di atmosfera dan peredaran laut. Dua sistem pemerataan energi ini dalam bentuk gerak (angin, gelombang dan arus), energi termal (panas) dan energi laten (uap air) berupa awan, hujan, salju, guntur dan sebagainya, yang kesemuanya berlangsung alamiah.
Proses fisika dan kimiawi tersebut sangat tergantung pada besarnya energi dari sang surya selain ulah manusia yang kian bertambah. Pertambahan manusia dan mobilitasnya ikut memberi kontribusi dalam proses pemerataan energi yang menambah variasi alam yang tidak tetap dan sama dari waktu ke waktu dan masa ke masa.
Matahari memancarkan energi radiasi yang merupakan hasil reaksi fusi dan fisi gas hidrogen dan helium yang bila dilihat dari Bumi tampak seperti titik-titik ledakan energi. Berdasarkan pengembangan lanjutan dan memperhatikan kondisi cuaca dan iklim, ternyata ada kaitan antara makin tingginya jumlah bintik-bintik Matahari dengan peningkatan pancaran energi Matahari. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan sejak tahun 1960-1962 yang memuncak dengan jumlah bintik di atas 175 buah dalam sebulan. Siklus kegiatan Matahari umumnya memuncak pada akhir setiap dasawarsa dan minimum di pertengahan dasa warsa. Untuk kurun waktu tahun 2000-2001 terekam kurang dari 175 buah bintik Matahari yang berarti kondisi puncaknya tidak sama dengan tiga dasawarsa periode 1961-1961, 1980-1981, dan 1990-1992.
Dari gambaran tersebut dapat diartikan sementara bahwa kondisi pemberi gerak di alam raya khususnya di muka Bumi untuk periode tahun 2000-2001 yang kini sedang berjalan relatif lebih rendah dari kondisi sebelumnya. Dengan demikian besarnya energi radiasi sang surya tidak sama dengan energi yang dipancarkan khususnya dalam dua dasa warsa terakhir. Energi radiasi tersebut umumnya digunakan dalam peredaran udara dan kelautan yang ada di muka Bumi yang umumnya mempunyai tenggang waktu.
Perhitungan munculnya El Nino
Yang cukup mencolok dan perlu menjadi perhatian kita adalah perkembangan kondisi dalam dua dasa warsa terakhir. Dari hasil peningkatan kegiatan Matahari yang muncul dan memuncak pada masing-masing dasawarsa itu menunjukkan adanya peningkatan yang lebih intensif dibandingkan kejadian periode sebelumnya.
Dampak peningkatan tersebut menghasilkan kegiatan El Nino yang kuat untuk pertama kali pada periode 1982 dengan dampak kekeringan dan kebakaran yang meluas di Kalimantan. Selanjutnya tahun 1987 muncul lagi kegiatan El Nino. Tetapi, secara keseluruhan cuaca dan iklim untuk periode 1982-1990 cukup baik sehingga usaha swasembada pangan nasional saat itu berhasil dan Pemerintah Indonesia mendapat penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
Namun, kondisi dasa warsa berikutnya dengan peningkatan kegiatan Matahari yang lebih intensif dengan puncak ganda untuk bintik Matahari dan jumlah ledakannya memberi indikasi peningkatan radiasi yang intensif dan berdampak kegiatan El Nino yang cukup panjang 1991-1994 dan muncul gejala alam El Nino kuat dengan kurun waktu yang singkat tahun 1991/1998 yang dinyatakan sebagai bencana yang dahsyat di Indonesia dan seluruh dunia.
Patut pula dicatat bahwa deposit batu bara di lahan gambut membara untuk yang pertama kali di tahun 1991 yang kemudian berulang hingga awal tahun 1998. Selain itu swasembada pangan nasional yang diupayakan Pemerintah Indonesia hancur oleh kondisi alam yaitu cuaca dan iklim yang tidak menentu hingga tahun 2000 atau mungkin sampai saat ini. Kajian dalam bahasan ini merupakan kajian terbatas yang tentunya perlu dikembangkan lebih lanjut untuk menuju kajian yang komprehensif atau dapat dipercaya.
Berdasarkan pengalaman tersebut dan menilik kondisi cuaca dan iklim yang akan berlangsung hingga tahun 2010, untuk sementara dapat dilihat belum adanya peningkatan jumlah bintik Matahari atau ledakan. Hal ini berarti untuk kurun watu sembilan tahun mendatang peluang munculnya kondisi cuaca yang ekstrem seperti yang berlangsung dalam kurun waktu dua dasa warsa terakhir menjadi tanda tanya atau bahkan bisa dikatakan kecil peluang terjadi peningkatan kondisi cuaca dan iklim yang bervariasai atau berubah untuk kurun waktu musiman hingga tahunan.
Pendapat ini didukung pula oleh kondisi perairan global, dalam hal ini perairan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Semula di Samudera Hindia dingin dan Samudera Pasifik akan hangat hingga awal bulan Juni, ternyata hal itu tidak berkembang, malah berkebalikan. Samudera Pasifik mendingin sedang Samudera Hindia menaik. Bukti kenaikan suhu muka laut ini terlihat dari peningkatan curah hujan di beberapa kawasan di Indonesia pada bulan Mei hingga awal Juni 2001. Karena hingga pertengahan tahun 2001 berubah, maka kondisi gejala alam El Nino peluang untuk muncul kecil pada tahun 2001 atau 2002 mendatang. Dengan indikasi alam ini akan dapat membantu tentang kekhawatiran beberapa kalangan khususnya kalangan pertanian, perkebunan dan kehutanan khususnya dari ancaman kekeringan yang mungkin muncul di tahun 2001.
Adanya perkembangan curah hujan yang berlangsung akhir-akhir ini yang seharusnya memasuki musim kemarau merupakan peristiwa alam akibat kenaikan suhu muka laut S. Hindia dan munculnya indikasi gejala alam La nina intensitas ringan kembali giat. Sehingga prakiraan BMG. dalam musim kemarau tahun 2001 yang menyatakan normal merupakan kondisi cuaca dan iklim di wilayah Indonesia.
Cuaca adalah suatu gejala alam yang terjadi dan berubah dalam waktu singkat, yang kita rasakan dari menit ke menit, jam ke jam. Contoh: perubahan harian dalam temperatur, kelembaban, angin, dll. Sedangkan Iklim adalah rata-rata peristiwa cuaca di suatu daerah tertentu, termasuk perubahan ekstrem musiman dan variasinya dalam waktu yang relatif lama, baik secara lokal, regional atau meliputi seluruh bumi kita.
Iklim dipengaruhi perubahan-perubahan yang cukup lama dari aspek-aspek seperti orbit bumi, perubahan samudra, atau keluaran energi dari matahari. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang alami dan terjadi secara pelan. Contoh: musim (dingin, panas, semi, gugur, hujan dan kemarau) dan gejala alam khusus (seperti tornado dan banjir).
Sebagai negara yang secara geografis berada di sekitar ekuator, Iklim di Indonesia adalah tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai Februari, sedangakan musim kemarau terjadi pada bulan Maret-September.
Perubahan Cuaca dan Iklim
KONDISI cuaca dan iklim di muka bumi saat ini terlihat makin bervariasi dan menyimpang. Khusus untuk kawasan Indonesia, telah tampak sejak tahun 1991.
Contohnya, sebelumnya ada prediksi bakal hadirnya kegiatan gejala alam El Nino dari beberapa praktisi termasuk pula Badan Meteorologi dan Geofisika di awal tahun hingga kuartal pertama tahun 2001. Kenyataannya kondisi hadirnya El Nino ini sirna karena hingga awal Juni 2001 hujan masih mengguyur di berbagai kawasan Indonesia.
Beberapa kalangan yang menyebutkan munculnya kegiatan gejala alam El Nino pada tahun 2001 ataupun tahun 2002 umumnya mengacu pada kejadian beberapa dasawarsa sebelumnya. Sejak tahun 1961, 1972, 1982, dan 1991 telah muncul kondisi kemarau yang umumnya merupakan dampak kegiatan gejala alam El Nino. Bahkan dari kalangan internasional telah muncul prediksi pada awal tahun 2001 yaitu akan muncul kegiatan gejala alam El Nino tahun 2001 yang akan berdampak besar berupa kekeringan dan kebakaran di kawasan Papua Niugini di timur wilayah Indonesia.
Munculnya cuaca dan iklim di Bumi merupakan ekspresi pemerataan energi yang diterima Bumi secara tidak merata. Wilayah tropis di sekitar ekuator sepanjang tahun menerima energi radiasi sang surya yang berarti surplus energi, sementara di lain pihak wilayah subtropis dan kutub hanya menerima sedikit energi dan berlangsung relatif singkat dan bergantian akibat garis edar revolusi Bumi mengitari Matahari.
Sebagai reaksi adanya beda dalam penerimaan energi ini dalam satu sistem muka bumi, terjadi usaha pemerataan melalui proses fisika dan kimiawi sedemikian sehingga terjadi peredaran udara di atmosfera dan peredaran laut. Dua sistem pemerataan energi ini dalam bentuk gerak (angin, gelombang dan arus), energi termal (panas) dan energi laten (uap air) berupa awan, hujan, salju, guntur dan sebagainya, yang kesemuanya berlangsung alamiah.
Proses fisika dan kimiawi tersebut sangat tergantung pada besarnya energi dari sang surya selain ulah manusia yang kian bertambah. Pertambahan manusia dan mobilitasnya ikut memberi kontribusi dalam proses pemerataan energi yang menambah variasi alam yang tidak tetap dan sama dari waktu ke waktu dan masa ke masa.
Matahari memancarkan energi radiasi yang merupakan hasil reaksi fusi dan fisi gas hidrogen dan helium yang bila dilihat dari Bumi tampak seperti titik-titik ledakan energi. Berdasarkan pengembangan lanjutan dan memperhatikan kondisi cuaca dan iklim, ternyata ada kaitan antara makin tingginya jumlah bintik-bintik Matahari dengan peningkatan pancaran energi Matahari. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan sejak tahun 1960-1962 yang memuncak dengan jumlah bintik di atas 175 buah dalam sebulan. Siklus kegiatan Matahari umumnya memuncak pada akhir setiap dasawarsa dan minimum di pertengahan dasa warsa. Untuk kurun waktu tahun 2000-2001 terekam kurang dari 175 buah bintik Matahari yang berarti kondisi puncaknya tidak sama dengan tiga dasawarsa periode 1961-1961, 1980-1981, dan 1990-1992.
Dari gambaran tersebut dapat diartikan sementara bahwa kondisi pemberi gerak di alam raya khususnya di muka Bumi untuk periode tahun 2000-2001 yang kini sedang berjalan relatif lebih rendah dari kondisi sebelumnya. Dengan demikian besarnya energi radiasi sang surya tidak sama dengan energi yang dipancarkan khususnya dalam dua dasa warsa terakhir. Energi radiasi tersebut umumnya digunakan dalam peredaran udara dan kelautan yang ada di muka Bumi yang umumnya mempunyai tenggang waktu.
Perhitungan munculnya El Nino
Yang cukup mencolok dan perlu menjadi perhatian kita adalah perkembangan kondisi dalam dua dasa warsa terakhir. Dari hasil peningkatan kegiatan Matahari yang muncul dan memuncak pada masing-masing dasawarsa itu menunjukkan adanya peningkatan yang lebih intensif dibandingkan kejadian periode sebelumnya.
Dampak peningkatan tersebut menghasilkan kegiatan El Nino yang kuat untuk pertama kali pada periode 1982 dengan dampak kekeringan dan kebakaran yang meluas di Kalimantan. Selanjutnya tahun 1987 muncul lagi kegiatan El Nino. Tetapi, secara keseluruhan cuaca dan iklim untuk periode 1982-1990 cukup baik sehingga usaha swasembada pangan nasional saat itu berhasil dan Pemerintah Indonesia mendapat penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.
Namun, kondisi dasa warsa berikutnya dengan peningkatan kegiatan Matahari yang lebih intensif dengan puncak ganda untuk bintik Matahari dan jumlah ledakannya memberi indikasi peningkatan radiasi yang intensif dan berdampak kegiatan El Nino yang cukup panjang 1991-1994 dan muncul gejala alam El Nino kuat dengan kurun waktu yang singkat tahun 1991/1998 yang dinyatakan sebagai bencana yang dahsyat di Indonesia dan seluruh dunia.
Patut pula dicatat bahwa deposit batu bara di lahan gambut membara untuk yang pertama kali di tahun 1991 yang kemudian berulang hingga awal tahun 1998. Selain itu swasembada pangan nasional yang diupayakan Pemerintah Indonesia hancur oleh kondisi alam yaitu cuaca dan iklim yang tidak menentu hingga tahun 2000 atau mungkin sampai saat ini. Kajian dalam bahasan ini merupakan kajian terbatas yang tentunya perlu dikembangkan lebih lanjut untuk menuju kajian yang komprehensif atau dapat dipercaya.
Berdasarkan pengalaman tersebut dan menilik kondisi cuaca dan iklim yang akan berlangsung hingga tahun 2010, untuk sementara dapat dilihat belum adanya peningkatan jumlah bintik Matahari atau ledakan. Hal ini berarti untuk kurun watu sembilan tahun mendatang peluang munculnya kondisi cuaca yang ekstrem seperti yang berlangsung dalam kurun waktu dua dasa warsa terakhir menjadi tanda tanya atau bahkan bisa dikatakan kecil peluang terjadi peningkatan kondisi cuaca dan iklim yang bervariasai atau berubah untuk kurun waktu musiman hingga tahunan.
Pendapat ini didukung pula oleh kondisi perairan global, dalam hal ini perairan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Semula di Samudera Hindia dingin dan Samudera Pasifik akan hangat hingga awal bulan Juni, ternyata hal itu tidak berkembang, malah berkebalikan. Samudera Pasifik mendingin sedang Samudera Hindia menaik. Bukti kenaikan suhu muka laut ini terlihat dari peningkatan curah hujan di beberapa kawasan di Indonesia pada bulan Mei hingga awal Juni 2001. Karena hingga pertengahan tahun 2001 berubah, maka kondisi gejala alam El Nino peluang untuk muncul kecil pada tahun 2001 atau 2002 mendatang. Dengan indikasi alam ini akan dapat membantu tentang kekhawatiran beberapa kalangan khususnya kalangan pertanian, perkebunan dan kehutanan khususnya dari ancaman kekeringan yang mungkin muncul di tahun 2001.
Adanya perkembangan curah hujan yang berlangsung akhir-akhir ini yang seharusnya memasuki musim kemarau merupakan peristiwa alam akibat kenaikan suhu muka laut S. Hindia dan munculnya indikasi gejala alam La nina intensitas ringan kembali giat. Sehingga prakiraan BMG. dalam musim kemarau tahun 2001 yang menyatakan normal merupakan kondisi cuaca dan iklim di wilayah Indonesia.
CUACA DAN IKLIM
Cuaca (weather) dan iklim (climate) dinyatakan dengan besaran unsur fisika atmosfer yang selanjutnya disebut unsur cuaca atau unsur iklim yang terdiri dari penerimaan radiasi matahari (kerapatan flukas pada permukaan datar di permukaan bumi), lama penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, penutupan awan, presipitasi (embun, hujan, salju) dan evaporasi/evapotranspirasi.
Cuaca adalah kondisi sesaat dari keadaan atmosfer, serta perubahan dalam jangka pendek (kurang dari satu jam hingga 24 jam) di suatu tempat tertentu di bumi. Nilai cuaca dapat dinyatakan dalam bentuk kualitatif (tanpa besaran angka) dan kuantitaif.
Nilai unsur-unsur cuaca saat demi saat selama 24 jam di suatu tempat akan menunjukkan pola siklus yang disebut perubahan cuaca diurnal (pukul 00:00 hingga 24:00). Nilai tiap unsur cuaca tersebut dapat dirata-ratakan dan menghasilkan cuaca pada tanggal tersebut.
Cuaca dicatat terus menerus pada jam-jam pengamatan tertentu secara rutin, menghasilkan suatu seri data cuaca yang selanjutnya dapat diolah secara statistika mejadi data iklim. Jadi dapat disimpulkan bahwa iklim adalah nilai statistika dari cuaca jangka panjang di wilayah luas.
Data cuaca terdiri dari data discontinue karena mudah kembali bernilai nol (0) dan data continue karena tidak mudah turun mencapai nol. Data unsur cuaca yang sifatnya diskontinyu antara lain penerimaan radiasi matahari dan lama penyinarannya, presipitasi (curah hujan, embun, dan salju) dan penguapan. Penyajian dan analisisnya dalam bentuk nilai akumulasi sedangkan penyajian grafiknya dalam bentuk kurva histogram. Data cuaca yang bersifat kontinyu antara lain: suhu, kelembaban dan tekanan udara serta kecepatan angin. Analisis dan penyajiannya dalam bentuk angka rata-rata atau angka sesaat (instantaneous) sedangkan grafiknya dalam bentuk garis/kurva.
iklim adalah sintesis atau kesimpulan atau rata-rata perubahan unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah.Sintesis tersebut dapat diartikan pula sebagai nilai statistik yang meliputi antara lain nilai rata-rata, maksimum, minimum, frekuensi kejadian, atau peluang kejadian dari cuaca. Iklim dapat pula diartikan sebagai pola kebiasaan serta perubahan cuaca di sutau tempat atau wilayah.
Mengingat iklim adalah sifat cuaca dalam jangka waktu panjang pada tempat tertentu atau daerah yang luas, maka data cuaca yang digunakan hendaklah mewakili keadaan atmosfer seluas mungkin di tempat atau wilayah yang bersangkutan. Demikian pula datanya haruslah murni dan terhindar dari gangguan lokal.
Pada prinsipnya data iklim harus terbentuk dari data cuaca yang dapat mewakili (representative) secara benar keadaan atmosfer suatu tempat atau wilayah luas dan dalam jangka waktu sepanjang mungkin. Orgainsasi Meteorologi Sedunia (World Meteorological Organization, WMO) merekomendasikan jangka waktu minimum 30 tahun.
Cuaca adalah kondisi sesaat dari keadaan atmosfer, serta perubahan dalam jangka pendek (kurang dari satu jam hingga 24 jam) di suatu tempat tertentu di bumi. Nilai cuaca dapat dinyatakan dalam bentuk kualitatif (tanpa besaran angka) dan kuantitaif.
Nilai unsur-unsur cuaca saat demi saat selama 24 jam di suatu tempat akan menunjukkan pola siklus yang disebut perubahan cuaca diurnal (pukul 00:00 hingga 24:00). Nilai tiap unsur cuaca tersebut dapat dirata-ratakan dan menghasilkan cuaca pada tanggal tersebut.
Cuaca dicatat terus menerus pada jam-jam pengamatan tertentu secara rutin, menghasilkan suatu seri data cuaca yang selanjutnya dapat diolah secara statistika mejadi data iklim. Jadi dapat disimpulkan bahwa iklim adalah nilai statistika dari cuaca jangka panjang di wilayah luas.
Data cuaca terdiri dari data discontinue karena mudah kembali bernilai nol (0) dan data continue karena tidak mudah turun mencapai nol. Data unsur cuaca yang sifatnya diskontinyu antara lain penerimaan radiasi matahari dan lama penyinarannya, presipitasi (curah hujan, embun, dan salju) dan penguapan. Penyajian dan analisisnya dalam bentuk nilai akumulasi sedangkan penyajian grafiknya dalam bentuk kurva histogram. Data cuaca yang bersifat kontinyu antara lain: suhu, kelembaban dan tekanan udara serta kecepatan angin. Analisis dan penyajiannya dalam bentuk angka rata-rata atau angka sesaat (instantaneous) sedangkan grafiknya dalam bentuk garis/kurva.
iklim adalah sintesis atau kesimpulan atau rata-rata perubahan unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah.Sintesis tersebut dapat diartikan pula sebagai nilai statistik yang meliputi antara lain nilai rata-rata, maksimum, minimum, frekuensi kejadian, atau peluang kejadian dari cuaca. Iklim dapat pula diartikan sebagai pola kebiasaan serta perubahan cuaca di sutau tempat atau wilayah.
Mengingat iklim adalah sifat cuaca dalam jangka waktu panjang pada tempat tertentu atau daerah yang luas, maka data cuaca yang digunakan hendaklah mewakili keadaan atmosfer seluas mungkin di tempat atau wilayah yang bersangkutan. Demikian pula datanya haruslah murni dan terhindar dari gangguan lokal.
Pada prinsipnya data iklim harus terbentuk dari data cuaca yang dapat mewakili (representative) secara benar keadaan atmosfer suatu tempat atau wilayah luas dan dalam jangka waktu sepanjang mungkin. Orgainsasi Meteorologi Sedunia (World Meteorological Organization, WMO) merekomendasikan jangka waktu minimum 30 tahun.
Jumat, 14 Januari 2011
Konservasi Danau Limboto
Konservasi Danau Limboto
1. Pendahuluan
I. Pendahuluan
a. Gambaran Umuma.1. Lokasi
Danau Limboto adalah salah satu asset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan obyek wisata.
Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo dan + 70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan. Danau Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya luasan perairan danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau sebagai kawasan penampung air sehingga berpotensi terjadinya banjir dan kekeringan di sekitar wilayah kawasan danau bahkan di luar kawasan Danau Limboto.
a.2. Letak Geografi
Danau Limboto terletak di bagian tengah Provinsi Gorontalo dan secara astronomis, DAS Limboto terletak pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT dan 00° 30’ 2.035” – 00° 47’ 0.49” LU. DAS Limboto merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP-DAS) Bone-Bolango yang luasnya 91.004 ha dan termasuk salah satu DAS Prioritas dari DAS Kritis di SWP-DAS Bone-Bolango. Danau Limboto, merupakan cekungan rendah atau laguna, yang merupakan muara sungai-sungai, diantaranya: Ritenga, Alo Pohu, Marisa, Meluopo, Biyonga, Bulota, Talubongo dan sungai-sungai kecil dari sisi selatan: Olilumayango, Ilopopala, Huntu, Hutakiki, Langgilo.
a.3. Luas, Kedalaman dan Iklim
Pada tahun 1932 rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas 7.000 Ha, dan tahun 1961 rata-rata kedalaman Danau berkurang menjadi 10 meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 – 2008 kedalaman Danau Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha.
Pendangkalan danau terutama diakibatkan adanya erosi dan sedimentasi akibat usaha-usaha pertanian yang tidak mengindahkan konservasi tanah dan kegiatan pembukaan hutan (illegal logging) di daerah hulu sungai (tangkapan air) terutama pada DAS Limboto juga kegiatan budidaya perikanan yang kurang ramah lingkungan.
Kawasan Danau Limboto dan daerah aliran sungainya (DAS) terletak pada daerah bayang-bayang hujan selama 44 tahun terakhir (1961-2005) sebesar 1.426 mm per tahun. Curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (bulan kering) terjadi selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus, September dan Oktober. Sedangkan curah hujan di atas 100 mm ( bulan basah) terjadi selama 9 bulan, yaitu bulan Januari-Juli dan bulan November – Desember. Menurut klasifikasi Iklim Oldeman dan Darmijati (1977), kawasan Danau Limboto dan sekitarnya termasuk dalam Zona Agroklimat E2. Dengan demikian musim kemarau cukup panjang, yaitu antara Agustus – Oktober. Jumlah hari hujan dalam setahun berkisar antara 172 – 216 hari, dengan rata – rata hari hujan sebanyak 194 hari per tahun dan rata hari hujan per bulan selama setahun 16,2 hari. Jumlah hari hujan di atas, rata – rata hari hujan per bulan selama 9 bulan, pada bulan Januari – Juli dan November – Juni. Nilai Evapotranspirasi rata – rata bulanan di kawasan Danau Limboto dan sekitarnya, berkisar antara 127 – 145 mm. Sedangkan jumlah rata – rata setahunnya sebesar 1652,8 mm. Keadaan iklim di wilayah Sub DAS Limboto sebagai berikut :
- Temperatur rata-rata bulanan : 22,2° C – 31,3° C.
- Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata : 81.
- Kelembaban udara rata-rata bulanan: 77 – 83.
- Kecepatan angin rata-rata bulanan : 1,17 – 2,48 m/detik.
- Penyinaran angin rata-rata bulanan : 4,4 – 7,1 jam/hari.
- Penyinaran tertinggi pada bulan.
- Penyinaran terendah pada bulan.
- Type iklim menurut Schmidt dan Ferguson : C.
- Type iklim menurut Oldeman termasuk E 1 < 3) bulan basah, < 2 bulan kering, dan D1 (3-4 BB, 3-5 BK).
- Nilai erosifitas hujan (R) pada berbagai stasiun curah hujan pada DAS Limboto adalah : Penakar Hujan Biyonga = 889,96. Penakar Hujan BMG Bandara Djalaludin = 665,32
a.4. Volume Air dan Debit Air
Volume danau ditunjukkan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa volume danau yang diperoleh dari studi ini sedikit lebih besar dibanding volume yang didapat dari hasil studi JICA tahun 2003. Salah satu penyebab perbedaan volume ini adalah akibat perbedaan kerapatan jarak antara jalur Untuk Danau Limboto hubungan antara elevasi dengan luas genangan dan sounding yang digunakan. Dalam studi JICA (2003) jarak antar jalur sounding adalah sekitar 500 meter, sedang dalam studi ini (2008) jarak antar jalur sounding jauh lebih rapat yaitu sekitar 125 meter (4 x lebih rapat).
Tabel 1: Luas Genangan dan Volume Danau Limboto
Danau Limboto adalah bagian dari sistem DAS Limboto yang merupakan sisa dari sebuah laguna yang menghubungkan dengan laut melalui daerah muara sungai Bolango-Bone. Karena posisinya tersebut, muka air Danau Limboto dapat dipengaruhi kondisi banjir Sungai Bolango dan bahkan banjir Sungai Bone. Karena sistem sungai yang saling terkait ini, maka dalam analisa hidrologi danau perlu diperhitungkan bagaimana pengaruh DAS Limboto, DAS Bolango dan DAS Bone terhadap danau. Dengan demikian dalam analisa hidrologi, yang perlu diperhitungkan adalah pengaruh seluruh sungai di Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone. Secara singkat gambaran umum masing-masing DAS adalah sebagai berikut :
DAS Danau LimbotoDAS Danau Limboto memiliki daerah aliran seluas 920 km2, termasuk luas permukaan danau yang bervariasi, mulai sekitar 25 km2 dalam musim kemarau sampai 50 km2 pada waktu banjir dalam musim hujan. Daerah penutupan hutan yang tidak terganggu saat ini diperkirakan mencakup 20% dari luas total DAS, sementara sekitar 66% dari daerah tersebut terdiri atas penggunaan lahan pertanian. Sekitar 20 anak sungai mengalir ke dalam danau dari utara, barat, dan selatan.
DAS Sungai BolangoSungai Bolango memiliki luas total daerah aliran kurang lebih 520 km2. Tutupan hutan mencakup kurang lebih 46% dari luas wilayah sungai. Sungai Bolango memiliki aliran dasar yang baik. Dimasa lalu, Sungai Bolango mengalir ke Danau Limboto, arah aliran berubah ketika terjadi sesar yang mengangkat lahan di Limboto. DAS Bolango-Bone juga didominasi (80%) oleh wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40%. Artinya, DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment area-nya tidak dikelola secara tepat. DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat jelas pada frekuensi banjir yang terjadi di Kota Gorontalo.
DAS Sungai BoneSungai Bone memiliki luas total daerah aliran sebesar 1.331 km2. Tutupan lahan utamanya adalah hutan yang tidak terganggu (84%). Daerah aliran sungainya terutama terdiri atas daerah tinggi dan kawasan berpegunungan. Rata-rata ketinggian wilayah sungai ini kurang Iebih 700 m. Pola drainasenya dipengaruhi oleh kondisi geologi, dengan banyak sesar utama yang berarah timur ke barat maupun utara ke selatan. Semua sungai utama di DAS ini mengalir sepanjang tahun, dan memiliki aliran dasar yang baik. Limpasan lebih tinggi di wilayah sungai ini dibandingkan di tempat yang lain, karena lerengnya yang terjal, tempatnya tinggi, dan tanahnya dangkal.
Sekitar 23 anak sungai mengalir ke dalam Danau Limboto dari arah utara, barat, dan selatan. Dari seluruh sungai tersebut hanya satu sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu sungai Biyonga, dengan daerah aliran yang cukup kecil seluas 68 km2. Sub DAS ini mengalirkan air dari rangkaian pegunungan yang lebih tinggi di sebelah Utara dan memiliki mata air permanen. Anak Sungai yang terbesar adalah sungai Alo – Molalahu (348 km2) dan sungai Pohu (156 km2). Anak- anak sungai tersebut mengalirkan air hujan dengan cepat, sehingga sangat sedikit air yang ditahan sebagai aliran dasar tanah. Gambar 8 dan Gambar 9.
Inlets Danau Limboto Berdasarkan pengamatan ada sekitar 23 sungai dan saluran yang masuk danau Limboto selain saluran kecil lainnya dan drainase sawah di sebelah timur, utara dan barat danau. Disamping itu yang menjadi sumber air lainnya bagi danau Limboto adalah air hujan yang jatuh langsung ke danau dan air tanah.
Data yang dilaporkan oleh JICA Stusy Team (2001) menunjukan bahwa sungai Biyonga, Meluopo dan Alo – Pohu merupakan sungai -sungai utama pembawa sedimen ke danau. Dari ketiga sungai tersebut, sungai Biyonga mengkontribusikan 56% dari total sedimen yang masuk ke danau.
Outlet Danau Limboto. Debit rata-rata outlet danau adalah 8,20 m3/det dengan maksimal tercatat 39,70 m3/det dan debit minimal tercatat 0,10 m3/det.b.Fungsi dan Manfaat Danau
Danau Limboto memiliki banyak fungsi dan manfaat yaitu sebagai penyedia air bersih, habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologi, pencegah bencana alam, stabilisasi sistem dan proses-proses alam, penghasil sumberdaya alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga, sumber perikanan, sumber pendapatan, pengendali banjir, dan sebagai sarana penelitian dan pendidikan.
Beberapa fungsi dan manfaat danau secara ekosistem adalah sebagai berikut :
- Sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik.
- Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting.
- Sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumah tangga, industri dan pertanian).
- Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah.
- Memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat.
- Sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya.
- Sebagai sarana rekreasi dan obyek pariwisata.
Dua hal lain yang ditawarkan ekosistem danau adalah :
- Sebagai sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri.
- Sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah.
Sebagai sumber air paling praktis, danau sudah menyediakannya melalui terkumpulnya air secara alami melalui aliran permukaan yang masuk ke danau, aliran sungai-sungai yang menuju ke danau dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami mengisi cekungan di muka bumi ini. Bentuk fisik danau memberikan daya tarik sebagai tempat membuang yang praktis. Jika semua dibiarkan demikian, maka akan mengakibatkan danau tak akan bertahan lama berada di muka bumi.
The Competent And Capable HP LaserJet 1320 Printer
The competent and capable HP LaserJet 1320 printer will come to a purchaser ready to put forth all of the capabilities that Hewlett-Packard has designed into it. It is a monochrome laser jet printer using HP LaserJet 1320 toner that has been noted for its excellent performance for most operational circumstances. It’s versatile too, being able to run off of many different Windows and Mac operating systems. It’s also nicely priced, to boot.
Print speed with this HP printer comes in at a very nice 22 pages in a minute. Outside observers say it normally will chug along at about 17.5 pages in a minute, which is still a very nice rate when one considers what the printer will go for. From the time it’s been tasked with the job until the time it can put out the first page is only 8 seconds, which is exceptional for a machine intended for a very small workgroup or office.
HP builds the 1320 in a very compact casing, which means it looks to have been specifically designed to sit right up next to a computer on just about any-sized desktop or in an area accessible to the whole workgroup. It has no built-in networking capability, but the option exists. The regular LaserJet 1320 is meant to be connected directly to a PC or Mac.
Probably the single most notable keyword for this HP printer is “versatility.” It does deliver wireless capability with the addition of a certain option, though the regular 1320 is made to be connected to a PC or Mac or a network through a parallel port or a USB port, both of which this device comes equipped with. If going for the wireless version, one will be getting a very nice 802.11g-standard unit. Prices will be slightly higher though.
Anybody out looking for good quality printing in a printer of a certain low price will be pleased by what they find with this HP model. It has 1,200 dpi resolution capability, meaning it will deliver a high-quality product almost every time. Print product that emerges will be clean, crisp and sharp and the crispness and sharpness will remain even down to nearly 3-point font sizes.
It’s not clear whether Hewlett-Packard intended this printer to be purely a personal model or a workhorse model for a small workgroup, but the 1320 does both well and also surprisingly includes duplex printing capability. Two-sided print isn’t usually found from units at this price.
Memory comes in at 16 MB that can be upgraded to 44 MB, though it’s usually not the case that it’ll require an upgrade. The 1320 can operate using many different Mac or Windows operating systems, as well. There’s an optional networking capability that can be included in an upgraded model for a price, so keep that in mind.
The competent and capable HP LaserJet 1320 printer also can store 500 sheets of paper within its included auto load input tray, as well as being able to print out product onto just about any standard media stock around. That it does all this for as little as $150 (some outlets charge as much as $400, though) is a pleasant fact. Given that it is durable (at 10,000 pages per month), it’s fair to say that 1320 offers a lot of upside and almost no downside.
There’s certainly no downside with the HP LaserJet 1320 toner. That HP toner is a solid performer is simply expected with a company such as Hewlett-Packard. Exceptional values can be found online when place replacement toner orders.
Print speed with this HP printer comes in at a very nice 22 pages in a minute. Outside observers say it normally will chug along at about 17.5 pages in a minute, which is still a very nice rate when one considers what the printer will go for. From the time it’s been tasked with the job until the time it can put out the first page is only 8 seconds, which is exceptional for a machine intended for a very small workgroup or office.
HP builds the 1320 in a very compact casing, which means it looks to have been specifically designed to sit right up next to a computer on just about any-sized desktop or in an area accessible to the whole workgroup. It has no built-in networking capability, but the option exists. The regular LaserJet 1320 is meant to be connected directly to a PC or Mac.
Probably the single most notable keyword for this HP printer is “versatility.” It does deliver wireless capability with the addition of a certain option, though the regular 1320 is made to be connected to a PC or Mac or a network through a parallel port or a USB port, both of which this device comes equipped with. If going for the wireless version, one will be getting a very nice 802.11g-standard unit. Prices will be slightly higher though.
Anybody out looking for good quality printing in a printer of a certain low price will be pleased by what they find with this HP model. It has 1,200 dpi resolution capability, meaning it will deliver a high-quality product almost every time. Print product that emerges will be clean, crisp and sharp and the crispness and sharpness will remain even down to nearly 3-point font sizes.
It’s not clear whether Hewlett-Packard intended this printer to be purely a personal model or a workhorse model for a small workgroup, but the 1320 does both well and also surprisingly includes duplex printing capability. Two-sided print isn’t usually found from units at this price.
Memory comes in at 16 MB that can be upgraded to 44 MB, though it’s usually not the case that it’ll require an upgrade. The 1320 can operate using many different Mac or Windows operating systems, as well. There’s an optional networking capability that can be included in an upgraded model for a price, so keep that in mind.
The competent and capable HP LaserJet 1320 printer also can store 500 sheets of paper within its included auto load input tray, as well as being able to print out product onto just about any standard media stock around. That it does all this for as little as $150 (some outlets charge as much as $400, though) is a pleasant fact. Given that it is durable (at 10,000 pages per month), it’s fair to say that 1320 offers a lot of upside and almost no downside.
There’s certainly no downside with the HP LaserJet 1320 toner. That HP toner is a solid performer is simply expected with a company such as Hewlett-Packard. Exceptional values can be found online when place replacement toner orders.
Langganan:
Postingan (Atom)